Kamis, 07 Februari 2013

Seperti Seharusnya : Air Bah yang Ditunggu-tunggu dari Noah


Beberapa waktu yang lalu saya pernah menuliskan, bahwa menikmati musik pop arus utama tanpa menghiraukan keberadaan Peterpan (sekarang Noah) dalam memetakan pergolakan yang telah, sedang, dan yang akan kejadian di dalamnya adalah sebuah kesalahan yang teramat besar. Barangkali saya kelampau berlebihan kala menuliskan hal tersebut, tapi barangkali juga tidak. Sebab kenyataannya, Ariel dan kawan-kawan memang, entah mengapa, selalu saja memperoleh jalan yang mulus untuk memeriahkan belantika musik pop Indonesia, lewat manuver-manuver yang mereka lakukan.

Bahkan meski sang frontman sempat tersandung skandal video mesum dan harus mendekam di balik bui selama dua tahun. Bahkan meski harus membuang nama Peterpan yang telah memberi mereka kebesaran dan ketenaran bertahun-tahun lamanya. Magis milik Ariel dan kawan-kawan, memang tak pernah luntur barang satu zarah sekalipun. Salah-salah, malah semakin mengkilap di mata fans-nya.

Segala muslihat yang dilakukan, antara lain lewat ekspos berlebihan awak infotainment jelang kebebasan sang vokalis, keluarnya buku biografi pertanda tandasnya nama lama Peterpan, serta gebrakan konser di 5 negara - 2 benua dalam rentang hanya 24 jam, adalah upaya glorifikasi yang benar-benar membuat kita tanpa sadar beriman dan dengan sangat khusyuk ikut menunggu-nunggu kembalinya band yang telah lama menghilang ini.

Maka rilisnya album Seperti Seharusnya, hanyalah satu dari sekian banyak pembuktian empiris tentang bagaimana kuatnya tancapan kuku Ariel dan kawan-kawan dalam ranah musik pop lokal, walau kini harus mengusung panji-panji baru, lewat kibaran bendera Noah. Dan album yang berisikan sepuluh trek ini memang adalah sebuah produk dengan kualitas yang sudah sewajarnya dihadirkan oleh Noah, sebagai ganti atas lamanya masa penantian akan kembalinya mereka yang penuh dengan drama.

Dibuka dengan nomor Raja Negriku, lagu ini menyajikan preambule yang rupawan untuk sebuah album yang masuk dalam kategori most anticipated. Masuknya David di pos kibor, nampaknya benar-benar dimaksimalkan Noah dengan suntikan elemen ambience dari kibornya. Kehadiran David adalah angin segar bagi Noah yang berkat isian-isian nada dari kibornya, akan membuat kita terlena kala menyimak lagu bernafaskan nasionalisme ini. Selipan-selipan pidato Bung Karno di dalamnya juga memberikan kegagahan tersendiri yang tak pernah kita temui dalam lagu-lagu Peterpan.

Nomor powerful lain bisa didapat kala menyimak Hidup Untukmu Mati Tanpamu yang dipasang di trek keempat. Saya ingat seorang sahabat pernah menyebut kalau puncak keseksian suara Ariel adalah kala dia melenguh panjang dalam senandung sengaunya yang berat. Dan mendengarkan lagu ini dengan khidmat, membuktikan kebenaran akan hal tersebut. Lenguhan sengau maha berat dari Ariel yang bertebaran di sepanjang 5:25 menit durasinya, ditambah dengan isian-isian overdrive gitar dan pukulan drum yang solid, membuat suara Ariel yang konon seksi berat itu, benar-benar melumerkan para gadis-gadis sampai tak ada lagi yang bersisa.

Trek nomor dua, Jika Engkau, adalah saat bernostalgia bagi para fans Peterpan. Aransemen yang tidak berlebihan namun mengena, serta kombinasi lirik puitis patah-patah dan vokal sengau milik Ariel, adalah formula khas milik Peterpan yang berulang kali mengganjar mereka dengan kesuksesan. Pun begitu dengan nomor Demi Kita yang membuat saya merasakan kembali atmosfer album Bintang Di Surga (2004). Selain dua nomor tadi, Ini Cinta dan Puisi Adinda juga tak boleh dilewatkan bagi anda yang masih mencari sisa-sisa kedigdayaan Peterpan dalam diri Noah.

Bagi yang menggemari nomor sendu dan pilu, Noah memberikan Tak Lagi Sama dan Terbangun Sendiri untuk dinikmati dalam kemuram-durjanaan. Terkhusus untuk Terbangun Sendiri, saya merasakan adanya perasaan sentimentil yang diselipkan Ariel kala menulis lagu ini. Barangkali saja, lagu ini memang sengaja diciptakan Ariel untuk seseorang (atau orang-orang) yang pernah berada di sampingnya kala ia terjaga dari tidur. Tapi sekali lagi, ini hanya barangkali.

Satu fenomena yang menarik adalah belakangan ini, disadari atau tidak, Musica Studio kerap "menugaskan" band-band yang bernaung di bawah mereka untuk menyelipkan sebuah lagu daur ulang milik Alm. Chrisye dalam albumnya. Misalnya saja Peterpan dengan suksesnya Kisah Cintaku, maupun D'masiv lewat lagu Pergilah Kasih. Noah pun tak ketinggalan dengan tradisi ini. Di trek ketujuh, kita bakal menemukan nomor Sendiri Lagi ciptaan Ryan Kyoto, yang pernah dipopulerkan Alm. Chrisye pada masanya. Meski tak sebernas kala mendaur ulang Kisah Cintaku, Ariel dan kawan-kawan tetap berhasil memoles lagu ini jadi salah satu trek yang manis dan tak mengecewakan.

Terakhir, nomor Separuh Aku, yang telah menjadi endemik di telinga masyarakat jauh sebelum albumnya resmi dirilis, sepertinya tak perlu diganggu gugat keberadaannya. Trek yang juga didaulat sebagai single pertama dari album ini adalah permutasi dari nama Noah itu sendiri. Aransemennya bak air bah yang tenang dan menghanyutkan, namun berbalut lirik yang dalam dan menenggelamkan. Lagu ini berhasil menjadi jembatan penghubung yang mengantara ditengah-tengah Peterpan dan Noah.

Secara keseluruhan album ini tak bisa dibilang mengecewakan untuk sebuah penantian yang teramat panjang. Di dalamnya berisi kesegaran baru yang coba dibawa Noah, lewat improvisasi materi-materinya, namun tetap menyisakan diorama kejayaan serta kenangan-kenangan dari Peterpan lewat lirik-liriknya yang puitis dan membius untuk dinikmati fans-fans lama. Album ini cukup menyegarkan dahaga belantika musik Indonesia akan lagu-lagu pop yang berkualitas di tengah derasnya gelontoran tren boyband dan girlband.

Jika ada yang sedikit mengganggu dari album ini, barangkali itu adalah kenyataan bahwa untuk mendapatkannya, kita tidak lagi harus berangkat menuju ke toko kaset atau CD terdekat, tetapi malah memesan barang satu atau dua porsi ayam goreng cepat saji milik kakek-kakek tua asal Kentucky yang hobi mrenges itu.

Ah, zaman memang sudah berubah.





Album : Seperti Seharusnya

Artist : Noah

Label : Musica Studio

Produser : Noey & Capung

Produksi : 2012